PUBLIK NEWS.CO.SAMARINDA – Modal memang penting dalam menjalankan roda bisnis. Tapi itu bukan yang utama. Tak jarang, kecerdikan membaca peluanglah yang menjadi kunci sukses seorang pengusaha. Seperti pemuda asal Kaltim yang satu ini, Denni Mappa namanya.
Pada awal pandemi, kebutuhan dalam percepatan penanganan kasus penularan Covid-19 sangatlah penting. Berbagai daerah pun berlomba-berlomba meningkatkan jumlah tesnya, agar penyebaran virus yang lebih luas dapat dicegah. Tak terkecuali di Kaltim.
Agustus 2020, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim mendatangkan mobil PCR dari SpeedLab Indonesia untuk memperluas jangkauan test Covid-19 di Kaltim. Saat itu, mobil PCR ini sangat ditunggu kedatangannya karena kasus penularan Covid-19 di Kaltim, khususnya di Kota Samarinda, terus bertambah. Untuk itu, perlu dilakukan tracing kasus dengan cepat. Lab PCR keliling saat itu diprioritaskan untuk menyelesaikan sampel prioritas yang ada di rumah sakit. Ketika itu, mobil PCR ini menjadi yang pertama beroperasi di bawah pengelolaan Dinkes Kaltim.
Namun tahu kah Anda sosok di belakang ide awal mobil PCR SpeedLab Indonesia yang digunakan oleh Dinkes Kaltim ini? Dia adalah pengusaha muda kelahiran Balikpapan bernama Denni Mappa. Penulis berkesempatan bertemu dengan pemuda yang akrab disapa Depa, untuk berbincang lebih jauh mengenai cerita di balik ide awal pembuatan mobil PCR tersebut.
PERJUANGAN DALAM MEMPEROLEH PENDIDIKAN
Usai menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang sekolah menengah akhir di SMAN 1 Balikpapan, Depa kemudian melanjutkan pendidikannya ke Universitas Megarezky Makassar. Anak kelima dari enam bersaudara ini masih ingat betul bagaimana perjuangan orang tuanya, untuk bisa memberikan pendidikan terbaik kepada dirinya.
Denni Mappa lahir dari pasangan suami istri Nurdin dan Hanna, 22 Desember 1991. Sang ayah adalah seorang pensiunan PNS dari Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Balikpapan, sementara ibunya seorang ibu rumah tangga.
“Jadi saya tidak berangkat dari keluarga yang punya segalanya. Dahulu ibu saya pernah sampai berjualan kue ke sekolah-sekolah untuk membiayai kami sekolah. Saya sangat berterima kasih kepada ibu saya. Hal itu kemudian yang tidak saya sia-siakan,” terangnya.
Saat ini, pria yang memiliki hobi membaca tersebut telah lulus dengan gelar D3 Ahli Teknologi Laboratorium Medis dan S1 di bidang Manajemen. Ia pun saat ini tengah melanjutkan pendidikannya untuk memperoleh gelar S2 Manajemen Administrasi Rumah Sakit.
MENGAKUISISI CABANG PERUSAHAAN TEMPAT IA BEKERJA
Sebelum membangun bisnisnya sendiri, Depa diketahui sempat bekerja di salah satu perusahaan swasta nasional yang juga bergerak di bidang kesehatan. Saat itu, Depa juga mendapat tawaran bekerja di rumah sakit besar seperti RS Pertamina dan Siloam Balikpapan. Namun ia lebih memilih bekerja di perusahaan tempatnya bekerja dahulu, meskipun saat itu perusahaan tersebut masih baru merintis.
“Saat itu saya berpikirnya kalau di perusahaan yang sudah besar, saya merasa peluang saya kecil untuk dapat bekembang. Dan alasan saya memilih perusahaan baru ini agar saya punya kesempatan yang besar untuk berperan di dalamnya,” sebut Depa.
Setelah bekerja di perusahaan tersebut, dirinya pun merasa bisa melakukan banyak hal, mulai dari belajar marketing, kemudian belajar untuk menjadi seorang leader. Depa pun diberi kesempatan untuk memegang suatu project.
“Jadi apa yang saya dapatkan saat ini awalnya terbentuk di perusahaan tersebut,” ungkapnya.
Seiring waktu, dirinya ditunjuk sebagai kepala cabang perusahaan tempat ia bekerja di Balikpapan. Dari hasil kerjanya selama di perusahaan itulah, akhirnya pada 2016, ia memutuskan untuk mengakuisisi cabang perusahaan tersebut. Di Balikpapan saat itu bisnisnya berjalan dengan baik dan akhirnya berkembang ke beberapa daerah, di antaranya Jakarta, Semarang, Surabaya, hingga Brebes.
PROSES PEMBUATAN VERSI PERTAMA MOBIL PCR
Founder & CEO SpeedLab Indonesia ini berkisah, ide membuat mobil PCR muncul setelah beberapa cabang bisnisnya saat itu harus tutup. Keputusan ini diambil setelah banyak masyarakat yang takut datang ke fasilitas kesehatan, setelah masuknya virus Covid-19 ke Indonesia pada Maret 2020 lalu.
Tak ingin pasrah dengan keadaan, dirinya kemudian memikirkan hal apa yang bisa dilakukan dalam situasi pandemi yang tengah meluas saat itu. Hingga akhirnya pada April 2020 muncul ide untuk membuat laboratorium PCR bergerak di dalam sebuah mobil. Dibantu beberapa orang, akhirnya lahirlah versi pertama mobil PCR hasil pemikirannya tersebut. Mobil ini diluncurkan dengan branding perusahaan baru bernama SpeedLab Indonesia.
“Nama ini kami pilih karena pandemi ini butuh percepatan mulai dari pelayanan sampai dengan pengobatan. Speed Lab Indonesia saat itu bergerak khusus bergerak di bidang kesehatan khusus Covid-19, dengan produk pertamanya adalah mobil PCR,” jelas Depa.
Namun, dalam prosesnya, mobil PCR SpeedLab versi pertama itu tidak langsung bisa diedarkan ke masyarakat luas. Karena kendaraan tersebut harus melalui proses pengecekan standarisasi.
Pria yang pernah menempuh pendidikan di Prodi Teknologi Laboratorium Medis, di Universitas Megarezky Makassar ini menyebut bahwa versi pertama mobil PCR itu sempat mengalami kegagalan dan mendapat banyak masukan saat dibawa ke organisasi profesi yang membidangi tes molekuler. Namun, berbekal masukan tersebut, perbaikan serta pengembangan mobil PCR itu terus dilakukan. Hingga akhirnya kendaraan tersebut dinyatakan memenuhi kriteria dan dapat digunakan secara luas. Mobil PCR ini pun telah digunakan beberapa daerah seperti Kabupaten Konawe, Baubau, DKI Jakarta dan Provinsi Kaltim.
TENGAH KEMBANGKAN KONSULTASI KESEHATAN VIRTUAL
Setelah sebelumnya khusus bergerak di bidang penanganan Covid-19, Denni Mappa menyebut bahwa kini SpeedLab Indonesia akan kembali ditransformasikan menjadi bentuk awalnya yaitu pusat pelayanan kesehatan secara umum. Pada Oktober 2021 lalu, SpeedLab Indonesia pun telah membangun gedung baru bernama Speed Health Center di kawasan Ragunan, Jakarta, dan ditarget beroperasi pada Maret 2022 mendatang.
“Kami berinvestasi di sana untuk membangun one stop services, jadi semacam rumah sakit. Bangunan ini akan berdiri di atas lahan seluas 2.000 m2,” terangnya.
Untuk saat ini, Speed Lab telah memiliki 14 cabang yang tersebar di Jabodetabek, Kemudian Balikpapan, Pontianak, dan Palembang. Perusahaan yang bernaung dalam sebuah holding company bernama Speed Group ini pun telah mempekerjakan 300 karyawan, dari semula hanya 10 orang karyawan.
Ke depan, konsep yang ia ingin bangun adalah menghubungkan antara teknologi virtual dan kesehatan. Depa menyebut bahwa perusahaan saat ini tengah berproses bersama perusahaan IT yang juga tergabung dalam Speed Group, untuk membuat pertemuan atau konsultasi kesehatan secara virtual.
“Rencananya pada pertengahan tahun 2022 sudah bisa launching. Dengan adanya layanan ini, masyarakat diharapkan dapat lebih mudah mengakses pelayanan kesehatan ke depannya,” pungkas Depa.