PUBLIK NEWS.CO -SAMARINDA, Ditengah antrian panjang BBM oleh kendaraan roda empat ukuran mini hingga berukuran raksasa, dimamfaatkan oleh oknum untuk menari diatas derita para sopir mobil truk dan mobil angkot.
Akibat antrian diduga salah satu pemicu harga BBM jenis solar jadi gila, melambung melompati atap depo SPBU yang menjual BBM secara umum, dipinggir jalan. Komisi III DRD Samarinda mencurigai banyak oknum yang tega bermain “Black Market” atau spekulasi harga BBM ditengah antrian yang menyusahkan banyak pihak.
Ketua Komisi III DPRD kota Samarinda Angkasa Jaya Djoerani menganalisa, diduga, kemunculan “black market” oleh oknum tertentu di SPBU, yang bermain dengan pemain BBM yang gemar melakukan penimbunan BBM jenis solar dengan jalan illegal, diduga karena jaringan mafia yang selama ini nyaman bermain bersama manejemen pertambangan atau keperluan operasional tambang batubara.
Dugaan itu muncul dari analisa Angkasa Jaya, setelah mengamati jumlah pasokan BBM yang mestinya masuk ke SPBU tidak lagi sesuai target atau sudah berkurang nominalnya. “Saya berasumsi, karena terjadinya peralihan. Bahwa yang mestinya masuk ke SPBU itu sekian ton, dialihkan ke luar”. Kata Angkas jaya kepada Wartawan di Kantornya, DPRD Samarinda.
Dari gambaran itulah Angkasa jaya berasumsi jika kemungkinan telah terjadi black market BBM, bukanlah isapan jempol belaka. Sebab ketua Fraksi PDIP di DPRD Samarinda ini, menerangkan ulasannya bahwa potensi terjadinya dugaan black market ini karena, SPBU menjual bahan bakarnya di luar SPBU, sehingga pasokan yang sudah ditakar sesuai kebutuhan kendaraan di Samarinda jadi berkurang. Akibatnya seperti yang kita lihat, antrian kendaraan roda empat terjadi lantaran kelangkaan BBM.
“Ini berindikasi pelanggaran Hukum,”ujarnya.
Demikian analisa Angkas jaya yang disampaikan kepada para awak media. Menurut Angkasa jaya, DPRD terutama Komisi III yang membidanginya, tidak bermaksud memberikan ancaman kepihak manapun. . tetap jika hal ini ditemukan fakta demikian, maka kata Angkas Jaya, DPRD Samarinda khususnya Komisi III akan menindaklanjutinya. “Ini asumsi saya dan sampai sekarang juga belum dipatahkan,” ujarnya lagi.
Angkas jaya berani berasumsi terjadi “Black Market”, sebagai salah satu dugaan penyebab kelangkaan BBM solar, dengan asumsi bahwa solar yang diberikan Pertamina pada SPBU itu di duga diselewengkan.” Karena indikasinya adalah tambang batubara,” kata Ketua Komisi III DPRD Samarinda ini.
Lebih jauh Angkasa Jaya mengatakan, saat ini Komisi III DPRD kota Samarinda sedang melakukan tinjauan ke lapangan terkait keberadaan tambang batubara. Dirinya mencurigai, tingginya permintaan solar bersubsidi karena adanya kenaikan permintaan jumlah kuota batubara oleh Pemerintah Pusat.
“Komisi III ini kan sedang melakukan peninjauan ke lapangan, terkait tambang, jadi ada kaitannya. Maraknya tambang batubara di Kalimantan Timur, khususnya di Samarinda, itu karena jumlah kuota yang ditingkatkan oleh Pemerintah Pusat jadi 75 juta ton.
Para pelaku tambang kelabakan, karena banyak jumlah yang diberikan. Artinya peluang besar, harga tinggi. Tapi mungkin mereka tidak sanggup mengerjakan, apalagi kebijakan itu tahun ini berakhir.
Mungkin marak tambang liar yang dimanfaatkan tambang resmi untuk produksinya, makanya terjadi penambangan besar-besaran. Produksi ini menggunakan alat, solar tidak bisa dia ambil. Itu asumsi saya,” bebernya.
Olehnya menurut Angkasa Jaya, pihaknya di Komisi III berencana kembali melakukan peninjauan ulang ke lokasi tambang batubara, untuk memastikan kebenaran analisa terkait soal BBM Black Marjet” yang dia tudingkan kepada seluruh manejemen SPBU yang ada di Kota Samarinda.
“Kita sikapi dulu terkait SPBU, karena ini berdampak langsung kepada masyarakat. Setelah itu kita lanjutkan peninjauan ke tambang,” pungkasnya.
. penulis* Anisa